Tuesday, April 08, 2008

Pope's Message

Maria menderita bersama dengan orang-orang sakit

1. Tanggal 11 Februari, pada peringatan Santa Perawan Maria dari
Lourdes, Hari Orang Sakit Sedunia dirayakan. Ini merupakan suatu kesempatan yang tepat untuk merenungkan makna penderitaan dan tugas orang Kristiani untuk memanggul tanggung jawab itu dalam situasi apa pun apabila penderitaan terjadi. Pada tahun ini, Hari Orang Sakit Sedunia dihubungkan dengan dua peristiwa penting lainnya dalam kehidupan Gereja, sebagaimana kita bisa lihat dalam tema yang dipilih, “Ekaristi, Lourdes dan Pelayanan Pastoral bagi Orang Sakit”: seratus lima puluh tahun penampakan Maria Tak Bernoda di Lourdes, dan Perayaan Kongres Ekaristi Internasional di Quebec, Canada. Dengan ini, kepada kita dipersembahkan suatu kesempatan yang bagus sekali untuk merenungkan hubungan yang erat antara Misteri Ekaristi, peran Maria dalam karya keselamatan dan kenyataan penderitaan umat manusia.

Peringatan seratus lima puluh tahun sejak penampakan di Lourdes mengajak kita semua untuk memandang Perawan Suci, yang Dikandung Tanpa Noda merupakan suatu karunia Allah yang tertinggi yang diberikan secara bebas kepada seorang perempuan sehingga ia dapat secara penuh turut serta dalam rencana Allah, dengan iman yang teguh dan tak tergoyahkan, walaupun ia mengalami berbagai kesulitan hidup dan penderitaan. Karena itulah, Maria menjadi model atau teladan penyerahan diri secara total kepada kehendak Allah: ia menerima di dalam hatinya Sabda Ilahi dan mengandung-Nya di dalam rahim perawannya; ia percaya kepada Allah dan, dengan jiwanya yang tertusuk pedang (bdk. Luk 2:35). I tanpa ragu turut menanggung penderitaan Putranya, memperbarui jawaban “Ya” pada waktu menerima Kabar Gembira di Kalvari, di kaki Salib. Merenugkan Maria yang Dikandung Tanpa Noda berarti membiarkan diri sendiri untuk tertarik dengan jawaban “Ya”, yang membuatnya turut serta secara mengagumkan dalam misi Kristus, penebus umat manusia. Hal itu juga berarti membiarkan diri sendiri dituntun dan dibimbing oleh tangannya untuk menyatakan “fiat” kepada kehendak Allah, dengan seluruh diri, bersama dengan kegembiraan dan kesedihan, harapan dan kecemasan, dalam kesadaran bahwa kesulitan hidup, penderitaan dan kesakitan, memperkaya makna peziarahan kita di dunia ini.

2. Orang tidak dapat merenungkan Maria tanpa ditarik oleh Kristus dan orang tidak dapat memandang Yesus tanpa langsung menyadari kehadiran Maria. Itulah hubungan antara Ibu dan Anak yang tak mungkin terputuskan, hubungan yang bermula dalam rahimnya berkat karya Roh Kudus. Hubungan inilah yang kita alami, secara misterius, dalam Sakramen Ekaristi, sebagaimana Para Bapa Gereja dan para teolog nyatakan pada abad-abad pertama. ‘Tubuh yang lahir dari Maria, yang berasal dari Roh Kudus, adalah roti yang turun dari surga,’ kata Santo Hilarius dari Poitiers. Dalam “Bergomensium Sacramentary” dari abad kesembilan, kita bisa membaca: “Rahimnya membuat bunga itu berbuah, roti yang telah mengisi hidup kita dengan anugerah surgawi. Maria memulihkan kembali keselamatan yang telah dihancurkan oleh Hawa karena dosanya.’ Dan Santo Pier Damian berkata, ‘Tubuh yang telah dilahirkan oleh Santa Perawan, berkembang dalam rahimnya berkat kasih sayang keibuan, tubuh itu pulalah, saya tegaskan, tanpa ragu dan tidak lain daripada, yang kita terima dari altar, dan kita minum darahnya sebagai tanda penebusan kita. Itulah keyakinan iman Katolik, yang diajarkan oleh Gereja Kudus dengan penuh iman’ Hubungan Perawan Suci dengan Putranya, Domba Kurban, yang menghapus dosa-dosa dunia, diperluas kepada Gereja, Tubuh Mistik Kristus. Maria, menurut Hamba Allah Yohanes Paulus II, adalah “Wanita Ekaristi” dalam seluruh hidupnya, Gereja, yang memandang Maria sebagai teladannya, terpanggil untuk menirunya dalam hubungan dengan misteri yang mahakudus ini.’(Ensiklik “Ecclesia de Eucharista,’ no. 53). Dalam perspektif ini, orang bisa memahami lebih jauh alasan mengapa di Lourdes doa-doa kepada Santa Perawan Maria selalu dan pasti digabungkan dengan Ekaristi dalam perayaan Ekaristi harian, dengan adorasi Sakramen Mahakudus, dan dengan penyembuhan orang sakit, yang merupakan salah satu momen yang paling menonjol dari kunjungan peziarah ke Gua Massabielle.

Kehadiran banyak orang sakit yang menjadi peziarah, dan sukarelawan yang menemani mereka mendorong kita merenungkan kasih sayang keibuan yang penuh kelembutan yang ditunjukkan oleh Santa Perawan Maria terhadap kesakitan dan penderitaan umat manusia. Dihubungkan dengan kurban Kristus, Maria, Bunda yang Berdukacita, yang di kaki Salib menderita bersama dengan Putra Ilahinya, terasa sangat dekat dengan komunitas Kristiani, yang berkumpul di sekitar anggota-anggotanya yang menderita, yang menanggung tanda penderitaan Tuhan. Maria menderita bersama dengan orang-orang sakit, kepada mereka ia memberi harapan, ia adalah penghiburan bagi mereka, yang menolong mereka dengan uluran tangan penuh kasih keibuan. Dan apakah tidak benar bahwa pengalaman spiritual dari banyak orang sakit mendorong kita untuk semakin memahami bahwa ‘Penebus Ilahi ingin memasuki jiwa setiap orang sakit melalui hati Bunda-Nya yang Suci, orang pertama dan terpuji dari semua orang yang tertebus?’ (Yohanes Paulus II,
Surat Apostolik, “Salvifici Doloris,” no. 26).

No comments: