Thursday, April 17, 2008

Tugas kelas XI, untuk dikerjakan tanggal 21-26 April 2008

1. Baca artikel di blog ini yang berjudul "Etos Kerja menurut Agama-agama".
2. Baca materi pokok 11 dari buku Pendidikan Religiositas halaman: 70-76.
3. Kerjakan tugas berikut:

* Temui seseorang yang memiliki profesi tertentu, seperti: pedagang, buruh, tukang, artis, wiraswasta, dsb, kalo bisa jangan pekerja kantor.
* Wawancarai orang tersebut, tanyakan mengenai kehidupan sehari-hari mereka, pekerjaan mereka, bagaimana mereka menghayati pekerjaan tersebut, bagaimana tujuan hidup dan cita-cita hidup mereka kelak, dsb.
* Fotolah aktifitas orang tersebut dan juga fotolah orang tsb bersama dengan kamu.
* Kerjakan dalam kelompok (berdua-dua, bebas)
* Susunlah laporan wawancara tersebut dalam kelompok (bisa dalam bentuk tanya jawab atau dalam bentuk cerita/narasi.
* Buatlah juga refleksi pribadi dari hasil wawancara tersebut (refleksi ini dibuat oleh masing-masing anak, bukan kelompok). Refleksi ini akan menunjukkan apa yang saya rasakan setelah menemui orang tsb, ada nilai-nilai apa yang saya dapat dari aktifitas dan pekerjaan yang dilakukan orang tersebut.
* Postinglah laporan wawancara, foto-foto dan refleksi tersebut ke blog berikut ini http://www.blogger.com/, lalu masukkan email dan password sesuai dengan kelas masing-masing:
  • Kelas XI BAH, email: sebelasbahasasanur0708@gmail.com, password: sebelasbahasa0708
  • Kelas XI IPS 1, email: sebelasipssatusanur0708@gmail.com, password: sebelasipssatu0708
  • Kelas XI IPS 2, email: sebelasipsduasanur0708@gmail, password: sebelasipsdua0708
  • Jangan lupa menuliskan nama, kelas dan no absen

Deadline pengumpulan tugas: Sabtu, 26 April 2008

Kalau ada pertanyaan harap menghubungi saya atau tulis pertanyaan di blog saya ini.

Terima kasih.

I.Cecil

Wednesday, April 16, 2008

Tugas kelas X, untuk dikerjakan tanggal 21-26 April 2008

1. Baca artikel di blog ini yang berjudul "Kemiskinan".
2. Baca materi pokok 12 dari buku Pendidikan Religiositas halaman: 97- 101.
3. Kerjakan tugas berikut:
  • Temui seseorang yang dapat dikategorikan mengalami kemiskinan, misalnya: pedagang asongan, tukang jual makanan (spt: bakso, mie ayam, dsb), tukang sampah, tukang sol sepatu, tukang bangunan, dsb. Dan, INGAT: jangan menemui PENGEMIS/tukang minta-minta, harus bisa memilih orang yg tepat, misalnya: ada seorang ibu penjual pecel, tapi dia selalu menggunakan anting, cincin dan kalung emas. Nah.. jangan memilih yg seperti ini, pilihlah yg betul-betul terlihat ada kemiskinan yang tampak dari orang tsb.
  • Wawancarai orang tersebut, tanyakan mengenai kehidupan sehari-hari mereka, pekerjaan mereka, bagaimana mereka mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari dan bagaimana mereka merasakan hidup yang serba berkecukupan tersebut.
  • Fotolah aktifitas orang tersebut dan juga fotolah orang tsb bersama dengan kamu.
  • Kerjakan dalam kelompok (berdua-dua, bebas)
  • Susunlah laporan wawancara tersebut dalam kelompok (bisa dalam bentuk tanya jawab atau dalam bentuk cerita/narasi.
  • Buat juga refleksi pribadi dari hasil wawancara tersebut (refleksi ini dibuat oleh masing-masing anak, bukan kelompok). Refleksi ini akan menunjukkan apa yang saya rasakan setelah menemui orang tsb, ada nilai-nilai apa yang saya dapat dari perjuangan orang tsb dalam mengatasi kemiskinan.
  • Postinglah laporan wawancara, foto-foto dan refleksi tersebut ke blog berikut ini http://www.blogger.com/, lalu masukkan email dan password sesuai dengan kelas masing-masing:
  • Kelas X1, email: sepuluhsatusanur0708@gmail.com, password: sepuluhsatu0708
  • Kelas X2, email: sepuluhduasanur0708@gmail.com, password: sepuluhdua0708
  • Kelas X3, email: sepuluhtigasanur0708@gmail.com, password: sepuluhtiga0708
  • Kelas X4, email: sepuluhempatsanur0708@gmail.com, password: sepuluhempat0708
  • Kelas X5, email: sepuluhlimasanur0708@gmail.com, password: sepuluhlima0708
  • Kelas X6, email: sepuluhenamsanur0708@gmail.com, password: sepuluhenam0708
  • Jangan lupa menuliskan nama, kelas dan no absen

Deadline pengumpulan tugas: Sabtu, 26 April 2008

Kalau ada pertanyaan harap menghubungi saya atau tulis pertanyaan di blog saya ini.

Terima kasih.

I.Cecil

Tuesday, April 15, 2008

Selamat kepada Gea X2/9

http://berkahsampah.blogspot.com/

14 April 2008

Nomimator Pemenang Lomba Slogan "Taruh Sampah Jadikan Berkah"

Selamat!

Kepada nama-nama berikut ini:

Fitrawn Umar
Agus Priyadi
Luh De Suriyani
Ali Nugroho
Geraldine Maria T. S.
Ella Syafputri
Sueb B. Idi Zakariya
Caroline Noviany B. W.

Anda terpilih sebagai

NOMINATOR UTAMA

dalam

Lomba Slogan "Taruh Sampah Jadikan Berkah"


yang diselenggarakan oleh:

Gerakan Hidup Bersih dan Sehat (GHBS) & Rotary Club


Pengumuman pemenang di:

ACARA GREEN FESTIVAL
Hari/ tanggal : Jumat, 18 April 2008
Waktu : Pk 16.15 - Pk 16.25
Tempat : Parkir Timur, Senayan
Jakarta

Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah global, sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang "miskin".


Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:

  • Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
  • Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
  • Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.

Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:

  • penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
  • penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
  • penyebab sub-budaya ("subcultural"), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
  • penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
  • penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
  • Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negera terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.

Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:

  • Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak jaman pertengahan.
  • Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
  • Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.

diambil dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan

Monday, April 14, 2008

Etos Kerja Menurut Agama-agama

Etos Kerja Agama Islam

Islam adalah ajaran yang bersifat dialogis, yang merupakan karakteristik
dinamis pada tubuh ajarannya. Hal ini memberikan makna bahwa ajaran Islam tidak
hanya terbuka untuk selalu berkarya guna memperbaiki nasib dirinya sendiri. Karena
dalam Islam yang menjadi inti pembangunan adalah manusia maka dengan
sendirinya itu menyangkut kedudukan manusia itu sendiri di alam semesta yang
tidak bisa dilepaskan hubungannya dengan Tuhannya. Sebagai hamba Allah manusia
harus merealisir dirinya sesuai dengan kehendak Allah yang tidak terlepas dari
konteks kemanusiaan. Realisasi dari diri manusia ini adalah yang dalam Islam
dinamakan dengan ibadah, yakni suatu pengabdian kepada Allah yang telah
menciptakan manusia itu sendiri. Pengabdian kepada Allah (ibadah) inilah yang
kemudian menjadi karakteristik kemanusiaan karena dengan beribadah seseorang
memiliki perbedaan dengan makhluk lainnya. Untuk dapat melakukan ibadah dengan
sempurna maka manusia memerlukan suatu kriteria tertentu, antara lain kesehatan
akal, kesehatan jiwa, dan kesehatan raga. Kemampuan manusia untuk memenuhi
kriteria diatas menyebabkan Allah menurunkan agama hanya kepada manusia bukan
kepada makhluk lain. Pemberian agama sebagai petunjuk hidup kepada manusia
merupakan kehormatan dari Allah kepada manusia dan manusia harus bertanggung
jawab terhadap fungsinya sebagai ciptaannya. Manifestasi tanggung jawab tersebut
adalah merupakan realisasi diri sesuai dimensi kemanusiaan. Realisasi dirinya inilah
yang kemudian berkaitan erat dengan etos kerja Islam. Sebab realisasi tersebut
merupakan suatu konsep kerja yang meliputi dimensi keduniawian (profan) maupun
dimensi keakhiratan (sakral, eskatologis). Kedua dimensi tersebut merupakan suatu
hubungan yang saling berjalin yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Jalinan kedua
dimensi inilah yang disebut etika Islam, atau lebih populer disebut ‘akhlak’. Dengan
demikian ibadah dalam Islam bukanlah suatu himne ritual (ritus) yakni dimensi
keakhiratan saja tetapi ia juga merupakan atau menjadi suatu wahana dimana
manusia dimungkinkan untuk merealisasikan dirinya secara kemanusiaan dan
keakhiratan. Pengabdian secara keduniawian ini merupakan upaya manusia untuk
mengembangkan dirinya untuk tidak Sekedar mempertahankan hidup, baik secara
intelektual, ekonomi, politik, budaya dan sistem sosial lainnya, akan tetapi ia
sekaligus juga merupakan realisasi fitrah manusia.


Etos Kerja Agama Kristen

Sifat khas kerja manusia ini beroleh penyorotan yang istimewa dalam Alkitab,
Alkitab menghubungkan kerja manusia dengan penciptaan manusia menurut gambar
Tuhan. Manusia dicipta menurut gambar dan rupa Tuhan, yaitu Tuhan yang bekerja
di sini. Itulah sebabnya kerja itu termasuk hakikat manusia. Alan Richardson dalam
“The Biblical Doctrine of work” menyatakan bahwa: “Man is a worker by nature”
“Manusia adalah pekerja pada dasarnya”.
Pandangan Alkitab yang menyatakan, bahwa manusia adalah pekerja pada
dasarnya. Oleh sebab Tuhan bekerja artinya sangat penting bagi etika kerja dan etos
kerja. Oleh karena kerja adalah suatu unsur hakekat manusia yang diciptakan
menurut gambar Tuhan itu, sudah sewajarnya pula bahwa kerja itu merupakan
perintah Tuhan.
Barang siapa percaya kepada Kristus dan melakukan pekerjaannya dari
kepercayaannya itu, ia akan mengalaminya bukan lagi sebagai kutuk, tetapi sebagai
berkat. Sebagaimana maut bukan lagi kutuk, melainkan adalah pintu ke hidup yang
kekal. Demikian pula kerja bukan lagi hukuman melainkan berkat oleh karena susah
payahnya diubah, disucikan oleh kasih karunia luhur Kristus.
Di mana Roh Kudus mendorong, memimpin, memerintah kerja, di situ lahir
kerja dari kasih kepada Tuhan. Motif kedua yang pada hakekatnya sama dengan
motif yang pertama, orang tidak perlu menjadi beban bagi orang lain dan orang
menambah kebahagiaan sesamanya”. (Matius 7:12)
Dalam kisah Para Rasul 20; 33-35 Paulus menyatakan bahwa ia bekerja
sebagai tukang kemah di korintus, “supaya jangan menjadi beban”. Sebab “adalah
lebih berbahagia memberi dari pada menerima”. Dalam kisah Para Rasul kita baca
juga tentang Tabita dan Dorkas dari Yopi. Tangannya selalu berusaha untuk
memberikan pakaian kepada yang tidak berpakaian, memberikan makanan kepada
yang lapar. Ketika ia meninggal kisah itu nyata pada banyak orang disekelilingnya
yaitu para janda dari kota itu menunjukkan baju-baju dan pakaian yang dibuat oleh
Dorkas ketika ia masih hidup (Kisah Para Rasul 9:39).
Dalam motif kasih kepada sesama manusia itu nampaklah kasih Kristus, yang
mengalahkan egoisme alamiah hati manusia.


Etos Kerja Agama Hindu

Dasar adanya kesadaran berkorban itu adalah sumber dari cinta kasih.
Dengan rasa cinta kasih itu mereka berkeyakinan, pada suatu saat manusia akan
mampu merealisir tuntutan budi nalurinya, yaitu kebahagian secara lahir batin.
Kesadaran terhadap kewajiban itu juga mendorong umat manusia mengabdi kepada
sesamanya.
Di dalam ajaran agama Hindu, melakukakn pengorbanan itu juga karena
mempunyai hutang yaitu terdiri dari tiga yang disebut Tri RNA. Adapun ketiga
hutang itu adalah :
- Pertama Dewa RNA, yaitu hutang urip atau jiwa kepada Tuhan YME, karena
Tuhanlah yang memberikan hidup kepada semua mahluk hidup yang juga
umat manusia.
- Kedua Pitra RNA, yaitu hutang kepada orang tua dan leluhur yang berupa
budi dan hutang badan karena kehidupan lahir dan batin manusia telah
menerima warisannya.
- Ketiga Rsi RNA, yaitu hutang kepada guru-guru pengajar, pemerintah, dalam
hal ini ada hubungannya dengan pendidikan yaitu yang berupa berbagai-
bagai ilmu pengetahuan yang telah dimiliki manusia.
Kewajiban manusia dalam kehidupan ini adalah harus dapat membayar ketiga
hutang tersebut yaitu dengan pengabdian yang dilakukan dengan suatu
pengorbanan tulus ihklas atau yadnya-yadnya itu sangat perlu dilaksanakan oleh
setiap orang karena terikat kepada hutang RNA itu.
Bahwasanya umat Hindu menyadari tentang bermacam-macam pemberian
dari Tuhan, dari orang berilmu. Berbagai-bagai pemberian ini dipandang sebagai
hutang yang mesti dibayar. Dari sini timbul adanya berbagai bentuk pelaksanaan
yadnya, seperti : yadnya atau korban suci dalam bentuk pelaksanaan memuja.
Yang terpenting ialah yadnya atau korban suci dalam bentuk pelaksanaan
pengabdian. Hal ini ditujukan kepada keluarga, masyarakat, negara, nusa dan
bangsa, tanah air dan kepada perikemanusiaan.
Mengabdi berarti rela memberikan kadar hidupnya, tentu saja dengan ikhlas
dan tiada mengharapkan sesuatu dari padanya. Juga mengabdi itu merupakan suatu
dharma, suatu kewajiban suci yang mendatangkan kewajiban hidup bersama. Yang
mahaesa dan yang telah diyakini benar-benar karena akan membawa berkah,
rahmat dan karunia.


Etos Kerja Agama Buddha

Sebagai perbuatan yang baik dalam ajaran Budha adalah :
- Memperkembangkan akar-akar yang baik untuk mereka yang akan berbuat
jasa.
- Empat daya kemenangan Budhisatwa untuk bermaksud memimpin semua
makhluk pada akhir tujuan.
Selain itu perlu diperhatikan dharma di dalam ajaran Budha sehubungan
dengan etos kerja, yaitu :
- Kebijaksanaan kepada semua makhluk hidup tanpa mengharapkan timbal
balik (sepi ing pamrih).
- Daya tahan dari penderitaan bagi semua mahkluk hidup dan membaktikan
semua jasa mereka.
- Keadilan kepada mereka dengan semua kerendahan hati bebas dari
kesombongan dan kecongkakan hati.
- Menghormati semua Budhisatwa dengan kebaktian yang sama bagi
menghormati Budha.
- Menguji diri sendiri dengan tanpa mengadakan perbantahan dengan orang
lain. Dengan demikian ia harus menyelesaikan pikiran sendiri berdasarkan
atas pencapaian semua jasa-jasa (T.B. Simatupang, 1987 : 108-104).
Dari uraian-uraian tersebut kita dapat mengerti bahwa religiositas tidak hanya
bekerja dalam batas pengertian-pengertian ratio tetapi dalam penghayatan dan
pengamalan secara totalitas yang mendahului analisis atau konseptualisasi otak
manusia tadi. Bagi manusia religius sesuatu yang dihayatinya adalah bersifat
keramat, suci, khudus dan adikodrati.
Oleh karena itu kita dapat mengatakan bahwa seseorang yang bersifat
religius akan selalau menghubungkan pekerjaan yang dilakukannya sebagai suatu
kerangka pengabdian kepada Yang Maha Tinggi oleh karena bekerja adalah jauh
merupakan perintah Allah.
Sebagaimana tertera didalam Al-Qur'an surat Al-Qasshas ayat 77 yang artinya :
"Tapi carilah, dengan (kekayaan) yang dianugrahkan Tuhan kepadamu, negeri
akhirat, dan jangan lupa bagianmu di dunia ini.



diambil dari: http://library.usu.ac.id/modules.php?op=modload&name=Downloads&file=index&req=getit&lid=1043.

Paskah Dan Tangisan Perempuan

19 Maret 2008 22:14

mary magdalen" Perempuan, Mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari? , tanya Yesus. Dan Maria Magdalena menjawab :" Tuanku diambil orang".

Hari itu memang tidak selazim kemarin. Masih sangat pagi. Di hari pertama dalam pekan itu. Maria Magdalena, gadis desa yang selalu digosipkan oleh orang-orang Farisi dan penduduk desa bahwa ia memiliki hubungan khusus dengan Yesus sudah bangun mendahului warga setempat. Namun aktifitas rutinnya sebagai layaknya seorang anak perempuan desa tidak dilaksanakan. Ia tidak langsung mengurus kebersihan rumah dan mengambil air di sumur untuk keperluan rumah tangga di hari itu. Nampaknya ada sesuatu yang perlu dilaksanakan segera. Tergesa-gesa, ia lari ke pekuburan. Di sana ia menemukan kejanggalan. Batu penutup kubur Yesus telah terguling. Yesus tidak di ketemukan. Ajaib memang! Sesuatu yang tidak masuk akal walau Maria Magdalena tidak memiliki kemampuan untuk berpikir yang rumit-rumit seperti layaknya orang bersekolah. Yang ia tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres terjadi dengan dirinya. Mungkin juga dengan orang lain? Ia cuma membatin. Maka ia lari untuk menyampaikan kepada para murid Yesus. Para Murid juga tidak percaya betapapun mereka tahu bahwa itu pertanda kebangkitan Yesus. Tetapi warta itu datang dari seorang perempuan, apalagi Maria Magdalena adalah seorang perempuan yang diklasifikasi sebagai perempuan berdosa, maka warta kebangkitan yang disampaikannya dianggap tidak akurat. Makanya ketiga murid Yesus itu berlari ke pekuburan dengan maksud untuk mengklarifikasi kebenaran kebangkitan. Ternyata mereka pun tidak menemukan sesuatu yang lebih baru dari yang dilihat oleh Maria Magdalena. Yang ada cuma gejala. Mereka tidak melihat Yesus karena mereka tidak percaya warta Maria Magdalena. Mereka tidak melihat Yesus karena mereka tidak menghargai perempuan.

Maria Magdalena cuma menangis. Ia memang sedih. Karena "Tuannya telah diambil orang". Kebenaran yang diwartakan tidak diakui. Bukan karena yang diwartakannya salah. Tetapi karena dia perempuan. Kategori manusia yang tidak dianggap pemilik kebenaran. Kebenarannya telah dicuri dan diambil orang. Dalam situasi yang demikian, tak seorangpun datang untuk memberi jawaban . Maka Yesus sendiri datang menemukan perempuan itu. Perjumpaan itu mengasyikan. Karena diawali dengan sebuah salam dalam bentuk tanya: "Perempuan, mengapa Engkau menangis?" Tapi perlu kita simak apa kelanjutan perjumpaan itu. Tetapi yang satu ini sudah pasti, bahwa kalimat pertama Yesus setelah bangkit bukan ditujukan kepada para imam kepala (para uskup). Tidak juga kepada para ahli taurat (para teolog dan ekseget). Bukan juga kepada orang farisi(biarawan-biarawati). Juga tidak kepada murid-muridNya. Tetapi kepada Maria Magdalena, yang mewakili semua perempuan jamannya. Dengan itu sebuah kesimpulan sudah dapat kita tarik. Sebuah makna paskah sudah kita temukan. Bahwa paskah adalah momen bertemu dengan perempuan-perempuan tertindas. Tema pembicaraan paskah semestinya adalah perempuan.

Perempuan tertindas hampir kita alami dan jumpai setiap hari. Kekerasan rumah tangga selalu menghadirkan perempuan sebagai korban. Pelecehan seksual terjadi di mana-mana. Di rumah kediaman, di sekolah, di jalan, di tempat kerja bahkan di rumah ibadat. Perempuan-perempuan kita hampir sudah tidak mendapatkan lagi kenyamanan di segala lini kehidupan. Kaum perempuan memiliki posisi tawar yang paling kecil dalam berbagai aspek pengambilan keputusan dalam masyarakat dan malah dalam wilayah keagamaan. Dunia ini macamnya penjara saja bagi kaum perempuan. Mereka terpaksa hidup seturut norma kaum lelaki. Kesaksian yang diberikan oleh perempuan selalu dianggap tidak kuat. Tatanan masyarakat kita sudah sekian jauh terkungkung dalam bingkai patriarki (norma dan nilai laki-laki). Para penegak hukum kita tidak lagi peduli dengan kekerasan dan penindasan terhadap perempuan. Para wakil rakyat kita kian hari kehilangan kepekaan sosial. Pemerintah pun tidak memiliki prakarsa dan selalu bertindak reaktif (memperhatikan kaum perempuan hanya tatkala terjadi masalah). Mereka lebih menyibukkan diri dengan kalkulasi proyek berduit. Ya ...dunia ini sedang dipenuhi dengan perempuan yang tengah menangis, meratapi "tuannya yang telah diambil orang" .

Paskah Sejati adalah ambil waktu untuk mendengar kaum perempuan, mendengar keluhan-keluhan mereka, mengembalikan "tuan" nya, haknya, kebebasannya, kebenarannya, jati dirinya. Hanya dengan demikian, kita dapat merayakan paskah sejati. Bila kiat ini tidak kita jadikan sebagai opsi dalam keseharian hidup kita, maka sia-sialah perayaan paskah yang kita rayakan. Karena berbicara tentang paskah adalah berbicara tentang perempuan. Dan kalau kita yakin bahwa Gereja Katolik dibangun di atas paskah, maka jelas, yang tidak prihatin dengan perempuan tertindas bukanlah anggota Gereja Katolik sejati betapapun ia seorang pengunjung setia rumah sembahyang setiap hari.

Selamat Pesta Paskah, semoga kaum perempuan tidak lagi menangis karena "tuannya" telah dicuri orang, . . ..ya seperti itulah!

Agus Alfons Duka, SVD

Sekretaris Eksekutif Komisi Komsos KWI

World Youth Day 2008

Pesan Bapa Suci Pada Hari Orang Muda Sedunia 2008

26 Maret 2008 08:19

WYD 2008PESAN BAPA SUCI BENEDICTUS XVI

KEPADA ORANG MUDA SEDUNIA
MENYONGSONG HARI ORANG MUDA SEDUNIA KE- XXIII
DI SYDNEY, 14-20 JULI 2008

"Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu" (Kis 1:8)

Para sahabat muda terkasih!

1. Hari Orang Muda Sedunia ke-XXIII

Saya selalu mengenangkan dengan suka-cita, berbagai peristiwa yang kita jalani bersama di Cologne, pada bulan Agustus 2005. Pada akhir kegiatan yang tak terlupakan itu, yang merupakan wujud iman dan semangat, dan yang menetap dalam hati sanubari, saya telah membuat kesepakatan dengan Anda, mengenai pertemuan kita berikutnya, yang akan diselenggarakan di Sydney, pada tahun 2008. Perjumpaan itu nanti merupakan Hari Orang Muda Sedunia yang ke XXIII, dan temanya adalah: "Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu" (Kis 1:8). Tema yang mendasari persiapan rohani kita menuju Sydney adalah Roh Kudus dan Perutusan. Pada tahun 2006, kita memusatkan perhatian pada Roh Kudus sebagai Roh Kebenaran. Sekarang pada tahun 2007, kita mencari pemahaman yg lebih dalam tentang Roh Cinta Kasih. Kita akan melanjutkan perjalanan menuju Hari Orang Muda Sedunia 2008 dengan merenung tentang Roh Ketabahan dan Kesaksian, yang mendorong kita untuk hidup sesuai dengan Injil dan mewartakannya dengan berani. Maka dari itu, sangatlah penting bahwa Anda semua, kaum muda - dalam komunitas Anda, dan bersama dengan semua yang bertanggungjawab atas pendidikan Anda, diharpapkan bisa merenungkan tentang Sang Pelaku Pokok sejarah keselamatan ini, yang disebut Roh Kudus atau Roh Yesus.

Dengan cara ini, Anda akan mampu mencapai pelbagai tujuan luhur berikut ini: Mengenal jati diri sejati Roh Kudus, khususnya dengan mendengarkan Sabda Allah dalam pewahyuan Kitab Suci; Menyadari dengan lebih terang, kehadiran-Nya yang terus menerus dan aktif dalam hidup Gereja, khususnya ketika Anda menemukan bahwa Roh Kudus adalah "jiwa", nafas hidup Kristen itu sendiri, melalui sakramen-sakramen inisiasi - Baptis, Krisma, Ekaristi; Menumbuhkan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih menggembirakan akan Yesus, dan serentak dengan itu, menjalankan Injil dalam tindakan nyata di fajar millennium III ini. Dalam pesan ini, dengan gembira saya menyampaikan kepada Anda, garis besar renungan yang bisa Anda dalami sepanjang tahun persiapan ini. Dengan cara ini, Anda bisa menguji mutu iman Anda dalam Roh Kudus, menemukannya kembali jika hilang, menguatkannya jika melemah, mencecapnya sebagai persekutuan dengan Bapa dan puteraNya Yesus Kristus, yang dicurahkan sebagai karya yg tak terpisah dalam Roh Kudus. Janganlah pernah lupa, bahwa Gereja, pada kenyataannya kemanusiaan itu sendiri, semua orang yang sekarang ada di sekitar Anda, dan mereka yang menunggu Anda di masa depan, berharap banyak pada Anda, orang muda, karena Anda memiliki di dalam diri Anda, anugerah terluhur dari Allah, Roh Yesus.

2. Janji Roh Kudus dalam Kitab Suci

Sepenuh hati mendengarkan Sabda Allah mengenai misteri dan tindakan Roh Kudus, membuka diri kita pada ilham yang agung dan mencerahkan, yang akan saya ringkas dalam butir-butir berikut ini.

Beberapa saat sebelum kenaikanNya ke sorga, Yesus berkata kepada para murid-Nya: "Dan Aku akan mengirimkan kepadamu apa yang dijanjikan BapaKu" (Luk 24:49). Sabda Yesus ini terwujud pada hari Pentakosta ketika para murid berdoa di ruang atas bersama Bunda Maria. Pencurahan Roh Kudus pada kelahiran Gereja itu, merupakan pemenuhan janji yang sejak dahulu kala diucapkan Allah, diwartakan dan dipersiapkan sepanjang Perjanjian Lama.

Kenyataannya, sejak halaman pertama, Kitab Suci menampilkan Roh Allah sebagai udara yang "melayang-layang di atas permukaan air". Kitab Suci menyatakan bahwa Allah meniupkan ke dalam lubang hidung manusia nafas kehidupan (bdk. Kej 2:7). Setelah dosa asal, Roh Allah Pemberi Hidup terlihat beberapa kali muncul dalam sejarah manusia, memanggil para nabi, untuk mendesak umat pilihan agar kembali kepada Allah dan melaksanakan perintah-Nya dengan setia. Dalam kisah penglihatan Nabi Yehezkiel yang terkenal itu, Allah, dengan Roh-Nya, membangun kembali hidup umat Israel, yang digambarkan sebagai "tulang-tulang kering" (bdk. Yeh 37:1-14). Nabi Yoel menubuatkan "pencurahan roh" atas seluruh bangsa, tanpa kecuali. Sang Pengarang Suci itu menulis: "Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Rohku atas semua manusia. ... Juga atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan RohKu" (Yoel 2:28-29)

Pada "kegenapan waktu" (bdk. Gal 4:4), malaikat Allah memberi kabar kepada Perawan dari Nazaret bahwa Roh Kudus, "kuasa dari yang Mahatinggi", akan turun dan menaungi dia. Anak yang akan lahir itu akan disebut kudus dan akan disebut Anak Allah (Bdk. Luk 1:35). Dalam kata-kata Nabi Yesaya, Sang Juru Selamat adalah dia, yang dalam dirinya berdiam Roh Tuhan (Bdk. Yes 11:1-2; 42:1). Inilah nubuat yang dipenuhi Yesus pada awal pelayanan publik-Nya di sinagoga di Nazareth.. Kepada para hadirin yang takjub, Ia berkata: "Roh Tuhan ada pada-Ku, karena Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin. Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah dating" (Luk 4:18-19; bdk. Yes 61:1-2). Saat mengajar kepada umat yang hadir itulah, Ia mengarahkan nubuat nabi kepada diri-Nya sendiri dengan mengatakan: "Pada hari ini, genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya". Kemudian, sebelum wafat-Nya di kayu salib, Yesus beberapa kali memberitahukan kepada para murid mengenai kedatangan Roh Kudus, Sang "Penolong" yang perutusannya memberi kesaksian akan Dia dan membimbing orang beriman dengan mengajar dan menuntun kepada kepenuhan kebenaran (Bdk. Yoh 14:16-17, 25-26; 15:26; 16:13).

3. Pentakosta, Titik Keberangkatan Bagi Perutusan Gereja

Pada malam di hari kebangkitan, Yesus menampakkan diri kepada para murid-Nya, "Ia menghembusi mereka dan berkata, ‘terimalah Roh Kudus'" (Yoh 20:22). Bahkan dengan kuasa yang lebih besar, Roh Kudus turun atas Para Rasul pada hari Pentakosta. Kita baca dalam Kisah Para Rasul: "Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah di mana mereka duduk, dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing" (Kis 2:2-3).

Roh Kudus memperbaharui Para Rasul dari dalam, memenuhi mereka dengan kuasa yang mendorong untuk keluar dan dengan berani mewartakan bahwa "Kristus telah wafat dan bangkit!" Setelah dibebaskan dari segala ketakutan, mereka mulai berkata-kata secara terbuka dengan percaya diri (Bdk. Kis 2:29; 4:13; 4:29, 31).. Para nelayan yang lemah ini telah menjadi duta Injil yang bersemangat Bahkan para musuh mereka tidak bisa memahami bagaimana "orang-orang yang tak berpendidikan dan biasa saja" (Bdk Kis 4:13) mampu menunjukkan semangat seperti itu, serta kuat menahan kesukaran, penderitaan dan penganiayaan dengan gembira. Tak ada yang bisa menghentikan mereka. Terhadap mereka yang mencoba membungkam mereka, para rasul itu menenjawab: "Tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan dengar" (Kis 4:20). Itulah alasan mengapa Gereja lahir, dan sejak hari Pentakosta itu, Gereja tidak henti menyebarkan Kabar Gembira "sampai akhir zaman" (Kis 1:8)

4. Roh Kudus, Jiwa Gereja dan Azas Persekutuan

Manakala kita ingin memahami perutusan Gereja, maka kita mesti mengingat kembali peristiwa di Ruang Atas di mana para murid berkumpul bersama (Bdk Luk 24:49), berdoa bersama Maria sang "Bunda", ketika mereka menantikan Roh yang dijanjikan akan datang. Gambaran Gereja yang baru terlahir ini hendaknya menjadi sumber ilham yang tetap bagi setiap komunitas Kristen. Buah-buah kerasulan dan perutusan pertama-tama tidak mengacu pada program dan metode pastoral yang secara cerdas ditata dan "efisien", tetapi merupakan hasil dari doa yang terus-menerus dalam komunitas. (Bdk. Evangelii Nuntiandi 75). Lebih lanjut, agar perutusan menjadi tepat-guna, komunitas harus bersatu, itu artinya, mereka mesti "sehati dan sejiwa" (Bdk. Kis 4:32). Hamba Allah Yohanes Paulus II menuliskan bahwa, bahkan mendahului tindakan, perutusan Gereja berarti bersaksi dan hidup dengan cara yang bersinar untuk orang-orang lain (Bdk. Redemptoris Missio 26). Tertullianus menyatakan pada kita bahwa hal itulah yang terjadi pada masa awal Kekristenan, ketika kaum kafir bertobat setelah melihat cinta kasih yang meraja di antara umat Kristen: "Lihatlah bagaimana mereka mengasihi satu sama lain" (Bdk. Apology, 39 § 7).

Untuk menyimpulkan pengamatan sepintas atas Sabda Allah dalam Kitab Suci ini, saya mengundang Anda untuk memperhatikan bagaimana Roh Kudus merupakan anugerah tertinggi dari Allah bagi manusia, dan oleh karena itu, kesaksian puncak atas cinta kasih-Nya untuk kita, suatu cinta kasih yang secara tegas diungkapkan sebagai "ya atas kehidupan", bahwa Tuhan berkehendak atas setiap ciptaan-Nya. "Ya atas kehidupan" ini, menemukan kepenuhannya dalam Yesus dari Nazaret dan kemenangannya atas kejahatan dengan penebusan. Dalam hal ini, janganlah pernah kita melupakan bahwa Injil Yesus, tepatnya berkat Roh Kudus, tidak bisa dikurangi maknanya hanya sebagai laporan peristiwa, karena Injil Yesus dimaksudkan untuk menjadi "kabar gembira bagi kaum miskin, pembebasan bagi para tawanan, penglihatan bagi yang buta. Dengan daya hidup seperti itulah, kabar gembira diperlihatkan pada hari Pentakosta, sebagaimana hal ini menjadi rahmat dan tugas Gereja kepada dunia, sebagai perutusannya yang utama!

Kita adalah buah-buah dari perutusan Gereja ini melalui karya Roh Kudus. Kita menanggung di dalam diri kita tanda kasih Bapa dalam Yesus Kristus, yakni Roh Kudus. Marilah tidak melupakan hal ini, karena Roh Allah selalu mengingat setiap pribadi, dan mengharapkan, khususnya melalui Anda, orang muda, agar menggerakkan angin dan api Pentakosta baru di dunia.

5. Roh Kudus sebagai "Guru Hidup Batin"

Sahabat-sahabat muda terkasih, Roh Kudus kini melanjutkan karya dengan berdaya dalam Gereja, dan buah-buah Roh berlimpah-ruah dalam tindakan kita yang siap sedia membuka daya ini agar segala sesuatu menjadi baru. Untuk alasan ini, pentinglah bahwa setiap dari kita mengenal Roh Kudus, menetapkan hubungan denganNya, dan membiarkan diri kita dibimbing olehNya. Namun, dalam hal ini, pertanyaan yang wajar muncul: siapakah Roh Kudus bagi saya? Pertanyaan ini merupakan kenyataan bagi banyak orang Kristen bahwa. Roh Kudus masih merupakan "Yang Tak Dikenal". Inilah alasan mengapa ketika kita mempersiapkan Hari Orang Muda Sedunia yang akan datang, saya ingin mengundang Anda untuk mengenal Roh Kudus secara lebih mendalam pada tingkat pribadi. Dalam syahadat iman, kita menyatakan, "Aku percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang memberi hidup, Ia berasal dari Bapa dan Putra" (Syahadat Nikhea-Konstantinopel). Ya, Roh Kudus, Roh cinta Bapa dan Putra, adalah sumber hidup yang membuat kita kudus, "karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita" (Rom 5:5). Meskipun demikian, hal ini tidaklah cukup untuk mengenal Roh Kudus; kita harus menyambut Dia sebagai penuntun jiwa, sebagai "Guru Hidup Batin" yang memperkenalkan kita pada Misteri Allah Tritunggal, karena Dia sendiri yang bisa membuka diri kita kepada iman, dan mengizinkan kita menghidupinya setiap hari menuju kepenuhan. Roh Kudus mendesak kita ke depan mengarah ke orang lain, menyalakan dalam diri kita api cinta kasih, menjadikan kita para utusan cinta kasih Allah.

Saya memahami sepenuhnya, bahwa Anda, orang muda, memegang dalam hati Anda, hormat dan cinta yang agung untuk Yesus, serta bahwa Anda rindu untuk berjumpa dan bercakap denganNya. Sungguh, ingatlah bahwa kehadiran yang meyakinkan dari Roh Kudus dalam diri kitalah yang meneguhkan, menetapkan, dan membangun pribadi kita dengan berpola pada pribadi Yesus yang disalibkan dan bangkit. Maka, marilah kita bersikap akrab dengan Roh Kudus agar menjadi akrab dengan Yesus.

6. Sakramen Penguatan dan Ekaristi

Anda mungkin bertanya, bagaimana kita bisa membiarkan diri kita diperbarui oleh Roh Kudus dan bertumbuh dalam hidup rohani? Jawabannya, sebagaimana Anda ketahui, adalah berikut ini: kita bisa melakukannya dengan menggunakan Sakramen-Sakramen, karena iman lahir dan dikuatkan dalam diri kita melalui Sakramen-Sakramen, khususnya Sakramen-Sakramen inisiasi Kristen: Baptis, Krisma, Ekaristi, yang saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan (Bdk. Katekismus Gereja Katolik, 1285). Kebenaran mengenai ketiga sakramen yang mengawali hidup kita sebagi orang Kristen ini, mungkin diabaikan dalam hidup iman banyak orang Kristen. Mereka melihat ketiganya sebagai peristiwa-peristiwa di masa lampau yang tak bermakna untuk masa kini, seperti akar yang kekurangan sari makanan pemberi hidup. Hal ini terjadi bahwa banyak orang muda menjauhkan diri mereka dari hidup iman mereka, setelah menerima sakramen Krisma. Ada pula orang-orang muda yang bahkan belum menerima sakramen ini. Memang, melalui penerimaan sakramen Baptis, Krisma, dan kemudian secara terus menerus, Ekaristi, maka Roh Kudus menjadikan kita anak-anak Bapa, saudara-saudari Yesus, anggota Gereja, mampu menjadi saksi kebenaran Injil dan mampu mewartakan suka-cita iman.

Oleh karena itu saya mengundang Anda untuk merenungkan apa yang saya tuliskan kepada Anda. Hari-hari ini, perlulah secara khusus menyingkap kembali sakramen Krisma dan tempatnya yang penting dalam pertumbuhan rohani kita. Mereka yang telah menerima sakramen Baptis dan Krisma hendaknya ingat bahwa mereka telah menjadi "Bait Roh Kudus": Allah hidup di dalam diri mereka. Sadarilah selalu akan hal ini dan berusahalah untuk membiarkan pusaka dalam diri Anda ini bertumbuh dan berbuah kekudusan. Mereka yang dibaptis tetapi belum menerima Sakramen Krisma, yang bersiap untuk menerimanya, mengetahui bahwa dengan cara ini Anda akan menjadi orang Kristen yang "penuh", karena Krisma menyempurnakan rahmat baptisan (Bdk. Katekismus Gereja Katolik, 1302-1304).

Sakramen Krisma memberi kita kekuatan istimewa untuk bersaksi dan memuliakan Allah dengan seluruh hidup kita (Bdk Rom 12:1). Sakramen ini membuat kita secara mesra menyadari bahwa kita dimiliki oleh Gereja, "Tubuh Kristus", di mana kita semua adalah anggota-anggotanya yang hidup, dalam solidaritas satu sama lain (Bdk. 1Kor 12:12-25). Dengan membiarkan diri mereka dibimbing oleh Roh, setiap orang yang dibaptis bisa memberi sumbang-sih masing-masing untuk membangun Gereja berkat karisma yang diberikan oleh Roh Kudus, karena bagi "setiap anggota" diberikan karunia Roh demi "kepentingan bersama" (1 Kor 12:7). Manakala Roh bertindak, maka Ia membawa buah-buhNya kepada jiwa, yaitu "kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan" (Gal 5:22). Kepada mereka yang belum menerima Sakramen Krisma, saya dengan hangat menyampaikan undangan agar Anda mempersiapkan diri untuk menerimanya, dan meminta bantuan kepada imam-imam Anda. Sakramen Krisma adalah kesempatan istimewa untuk rahmat yang ditawarkan Allah kepada Anda. Jangan lewatkan kesempatan itu!

Saya ingin menambahkan sepatah kata mengenai Ekaristi. Supaya bertumbuh dalam hidup Kristen, kita memerlukan asupan makanan dari Tubuh dan Darah Kristus. Pada kenyataannya, kita dibaptis dan menerima Krisma dengan pandangan menuju ekaristi (KGK, 1322, Sacramentum Caritatis, 17). Sebagai "Puncak dan Sumber" hidup Gereja, Ekaristi merupakan "Pentakosta Abadi", karena setiap kali kita merayakan misa, kita menerima Roh Kudus yang menyatukan kita secara lebih mendalam dengan Kristus dan makin menyerupakan kita dengan Dia. Para sahabat muda terkasih, jika Anda mengambil bagian secara berkala dalam perayaan ekaristi, jika Anda mempersembahkan sebagian waktu untuk adorasi Sakramen Mahakudus, Sumber kasih, yang adalah Ekaristi, Anda akan memperoleh kebulatan tekad yang menggembirakan untuk mengabdikan hidup dengan mengikuti Injil. Pada saat yang sama, akan Anda alami, bahwa kapan pun kekuatan kita melemah, Roh Kudus yang memperbarui kita itu, mengisi kita dengan kekuatanNya, dan memampukan kita menjadi saksi yang diliputi oleh semangat missioner dari Kristus yang bangkit.

7. Perlu dan Mendesaknya Perutusan

Banyak orang muda memandang hidup dengan gelisah dan mengajukan banyak pertanyaan mengenai masa depan mereka. Dengan cemas mereka bertanya: Bagaimana kita bisa hidup dalam dunia yang ditandai dengan begitu banyak ketidakadilan yang parah dan begitu banyak penderitaan ini? Bagaimana seharusnya kita bersikap atas egoisme dan kekerasan yang kadang-kadang tampak kuat? Bagaimana kita memberi makna sepenuhnya dalam hidup? Bagaimana kita bisa menolong untuk menunjukkan bahwa buah-buah Roh yang disebut di atas, "kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kedewasaan, dan pengendalian diri" (bdk. no 6) bisa mengisi dunia yang cemas dan rapuh ini, dunia yang sebagian besar darinya adalah orang muda ini? Dalam keadaan apa, Roh pada ciptaan pertama dan khususnya pada ciptaan kedua atau penebusan, dapat menjadi jiwa baru atas kemanusiaan? Janganlah kita lupa, akan lebih besarnya anugerah Tuhan - dan anugerah Roh Yesus adalah anugerah terbesar - sedemikian lebih besarnya daripada kebutuhan dunia untuk menerimanya, dan karena itu, yang lebih agung serta lebih menggairahkan adalah perutusan Gereja untuk memberi kesaksian yang dapat dipercaya kepada dunia yang demikian ini. Anda, orang muda, melalui Hari Orang Muda Sedunia, ada di jalan yang sedang mewujudkan hasrat Anda untuk mengambil bagian dalam perutusan ini. Berkenaan dengan hal ini, sahabat muda terkasih, saya ingin mengingatkan Anda, akan beberapa kebenaran kunci untuk direnungkan. Sekali lagi, saya ulangi, bahwa hanya Kristus yang dapat memenuhi keinginan yang paling intim yang ada dalam hati setiap pribadi. Hanya Kristus yang bisa memanusiakan kemanusiaan dan membimbing kemanusiaan kepada "pengilahian"nya. Melalui daya kekuatan Roh-Nya, Ia menanamkan kasih ilahi dalam diri kita, dan memampukan kita mengasihi sesama serta siap sedia untuk pelayanan. Roh Kudus menerangi kita, mewahyukan Kristus yang disalibkan dan bangkit, serta menunjukkan pada kita bagaimana kita bisa makin menyerupai Dia, sehingga kita bisa menjadi "gambar dan alat cinta kasih yang mengalir dari Kristus" (Deus Caritas Est, 33). Mereka yang membiarkan diri dipimpin oleh Roh, mengerti bahwa menempatkan diri dalam pelayanan Injil bukanlah sebuah pilihan tambahan saja, karena sadar akan mendesaknya pewartaan Injil ini bagi orang lain. Meskipun demikian, kita perlu diingatkan lagi bahwa kita bisa menjadi saksi-saksi Kristus hanya jika kita membiarkan diri dipimpin oleh Roh Kudus yang adalah "Pelaku Utama Penginjilan" (bdk. Evangelii Nuntiandi 75) dan "Pelaku Utama Perutusan" (Bdk. Redemptoris Missio 21). Sahabat muda terkasih, sebagaimana para pendahulu saya yang terpuji itu, Paus Paulus VI dan Paus Yohanes Paulus II telah mengatakan dalam berbagai kesempatan, mewartakan Injil dan menjadi saksi iman, adalah hal yang lebih perlu daripada apapun pada masa ini (Bdk. Redemptoris Missio, 1). Ada orang yang berpikir bahwa menyampaikan khasanah iman yg berharga ini kepada orang-orang lain berarti tidak toleran terhadap mereka, namun soalnya bukan itu, karena menyampaikan Kristus tidak berarti memaksakan Kristus (bdk. Evangelii Nuntiandi, 80). Lagipula, dua ribu tahun yang lalu, dua belas Rasul mempersembahkan diri untuk membuat Kristus dikenal dan dikasihi. Berabad-abad sejak saat itu, Injil Suci diteruskan pewartaanya oleh kaum pria dan perempuan yang terilhami oleh semangat perutusan yang sama. Sekarang juga, ada kebutuhan akan para murid Kristus yang tiada habis-habisnya memberi waktu dan tenaganya untuk melayani Injil. Ada kebutuhan akan orang-orang muda yang mau membiarkan kasih Tuhan menyala dalam diri mereka, dan yang menanggapi dengan murah hati, akan panggilan-Nya yang mendesak, seperti halnya yang telah dilakukan oleh begitu banyak beato-beata dan santo-santa muda di masa lalu dan di masa zaman ini. Secara khusus, saya meyakinkan Anda, bahwa Roh Yesus pada masa ini, sedang mengundang Anda orang muda, untuk menjadi pembawa kabar gembira Yesus untuk zaman Anda. Kesulitan yang pasti ditemui kaum tua dalam mendekati lingkungan orang muda secara menyeluruh dan meyakinkan, bisa jadi merupakan tanda bahwa Roh Kudus sedang mendesak Anda, orang muda, untuk mengambil tugas ini oleh Anda sendiri. Anda mengenal cita-cita, bahasa, dan juga luka-luka, harapan, serta serentak dengan itu hasrat akan kebaikan yang dirasakan oleh teman sebaya Anda. Hal ini membuka dunia yang luas dari emosi, pekerjaan, pendidikan, harapan, dan penderitaan orang muda... Anda masing-masing hendaknya berani berjanji kepada Roh Kudus bahwa Anda akan membawa seorang muda kepada Yesus Kristus dengan cara yang menurut Anda terbaik, mengetahui bagaimana "memberi pertanggungjawaban tentang pengharapan yang ada padamu tetapi dengan lembut dan hormat" (Bdk. 1 Petrus 3:15).

Agar mencapai tujuan ini, sahabat-sahatku terkasih, Anda haruslah kudus, dan Anda haruslah menjadi utusan (misionaris) oleh sebab kita tak pernah bisa memisahkan kekudusan dari perutusan (Bdk. Redemptoris Missio, 90) Janganlah takut untuk menjadi misionaris seperti Santo Fransiskus Xaverius yang menempuh perjalanan panjang melalui Timur Jauh untuk mewartakan Kabar Gembira hingga kekuatannya habis tuntas., atau seperti Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus yang menjadi misionaris walaupun ia tak pernah meninggalkan biara Karmelit. Keduanya adalah "Pelindung Karya Misi". Bersiaplah menempatkan diri untuk menerangi dunia dengan kebenaran Kristus; untuk menanggapi dengan cinta kasih, kebencian dan ketidakpedulian akan kehidupan; untuk mewartakan harapan karena Kristus yang bangkit, di setiap sudut dunia.

8. Memohon "Pentakosta Baru" bagi Dunia

Sahabat muda terkasih, saya berharap, berjumpa dengan sebanyak mungkin Anda di Sydney pada bulan Juli 2008. Kesempatan itu akan menjadi penyelenggaraan ilahi untuk mengalami kepenuhan daya kekuatan Roh Kudus. Hadirlah berbondong-bondong dalam jumlah besar supaya menjadi tanda harapan dan untuk menyampaikan dukungan yang penuh penghargaan kepada komunitas Gereja di Australia yang sedang bersiap-siap menyambut Anda. Bagi orang muda di Negara yang akan menjamu Anda, hal ini akan menjadi kesempatan luar biasa untuk mewartakan keindahan dan kegembiraan Injil kepada masyarakatnya, yang dalam banyak cara, sedang kena arus duniawi. Australia, seperti semua Negara di Oceania, perlu untuk menemukan kembali akar-akar Kristiani-nya. Dalam Seruan Apostolik Pasca Sinodal Ecclesia in Oceania, Paus Yohanes Paulus II menulis: "Melalui kuasa Roh Kudus, Gereja di Oceania sedang memperiapkan diri bagi evangelisasi baru, bagi bangsa-bangsa yang pada masa kini lapar akan Kristus... Sebuah evangelisasi baru merupakan prioritas pertama bagi Gereja di Oceania" (no. 18).

Saya meminta Anda agar menyediakan waktu untuk berdoa, dan untuk persiapan rohani Anda selama tahap terakhir perjalanan menuju Hari Orang Muda Sedunia ke XXIII, sehingga di Sydney, Anda akan mampu memperbaharui janji yang Anda ucapkan saat Baptis dan Krisma. Bersama-sama, kita akan memohon Roh Kudus, dengan penuh kepercayaan memohon Tuhan menganugerahkan sebuah Pentakosta Baru bagi Gereja, dan bagi kemanusiaan di millennium ketiga ini.

Semoga Bunda Maria, yang bersatu dalam doa bersama para Rasul di Ruang Atas, menemani Anda sepanjang bulan-bulan ini, dan memperolehkan bagi semua orang muda Kristen, pencurahan baru Roh Kudus untuk menyemangati hati mereka. Ingatlah: Gereja mempercayai Anda! Kami, para Gembala, secara istimewa, mendoakan semoga Anda mengasihi dan membimbing orang lain untuk makin mengasihi Yesus dan semoga Anda mengikuti Dia dengan setia. Bersama seluruh ungkapan ini, saya memberkati Anda semua dengan rasa kasih sayang yang dalam.

Dari Lorenzago, 20 Juli 2007

BENEDICTUS PP. XVI

Tuesday, April 08, 2008

Pope's Message

Maria menderita bersama dengan orang-orang sakit

1. Tanggal 11 Februari, pada peringatan Santa Perawan Maria dari
Lourdes, Hari Orang Sakit Sedunia dirayakan. Ini merupakan suatu kesempatan yang tepat untuk merenungkan makna penderitaan dan tugas orang Kristiani untuk memanggul tanggung jawab itu dalam situasi apa pun apabila penderitaan terjadi. Pada tahun ini, Hari Orang Sakit Sedunia dihubungkan dengan dua peristiwa penting lainnya dalam kehidupan Gereja, sebagaimana kita bisa lihat dalam tema yang dipilih, “Ekaristi, Lourdes dan Pelayanan Pastoral bagi Orang Sakit”: seratus lima puluh tahun penampakan Maria Tak Bernoda di Lourdes, dan Perayaan Kongres Ekaristi Internasional di Quebec, Canada. Dengan ini, kepada kita dipersembahkan suatu kesempatan yang bagus sekali untuk merenungkan hubungan yang erat antara Misteri Ekaristi, peran Maria dalam karya keselamatan dan kenyataan penderitaan umat manusia.

Peringatan seratus lima puluh tahun sejak penampakan di Lourdes mengajak kita semua untuk memandang Perawan Suci, yang Dikandung Tanpa Noda merupakan suatu karunia Allah yang tertinggi yang diberikan secara bebas kepada seorang perempuan sehingga ia dapat secara penuh turut serta dalam rencana Allah, dengan iman yang teguh dan tak tergoyahkan, walaupun ia mengalami berbagai kesulitan hidup dan penderitaan. Karena itulah, Maria menjadi model atau teladan penyerahan diri secara total kepada kehendak Allah: ia menerima di dalam hatinya Sabda Ilahi dan mengandung-Nya di dalam rahim perawannya; ia percaya kepada Allah dan, dengan jiwanya yang tertusuk pedang (bdk. Luk 2:35). I tanpa ragu turut menanggung penderitaan Putranya, memperbarui jawaban “Ya” pada waktu menerima Kabar Gembira di Kalvari, di kaki Salib. Merenugkan Maria yang Dikandung Tanpa Noda berarti membiarkan diri sendiri untuk tertarik dengan jawaban “Ya”, yang membuatnya turut serta secara mengagumkan dalam misi Kristus, penebus umat manusia. Hal itu juga berarti membiarkan diri sendiri dituntun dan dibimbing oleh tangannya untuk menyatakan “fiat” kepada kehendak Allah, dengan seluruh diri, bersama dengan kegembiraan dan kesedihan, harapan dan kecemasan, dalam kesadaran bahwa kesulitan hidup, penderitaan dan kesakitan, memperkaya makna peziarahan kita di dunia ini.

2. Orang tidak dapat merenungkan Maria tanpa ditarik oleh Kristus dan orang tidak dapat memandang Yesus tanpa langsung menyadari kehadiran Maria. Itulah hubungan antara Ibu dan Anak yang tak mungkin terputuskan, hubungan yang bermula dalam rahimnya berkat karya Roh Kudus. Hubungan inilah yang kita alami, secara misterius, dalam Sakramen Ekaristi, sebagaimana Para Bapa Gereja dan para teolog nyatakan pada abad-abad pertama. ‘Tubuh yang lahir dari Maria, yang berasal dari Roh Kudus, adalah roti yang turun dari surga,’ kata Santo Hilarius dari Poitiers. Dalam “Bergomensium Sacramentary” dari abad kesembilan, kita bisa membaca: “Rahimnya membuat bunga itu berbuah, roti yang telah mengisi hidup kita dengan anugerah surgawi. Maria memulihkan kembali keselamatan yang telah dihancurkan oleh Hawa karena dosanya.’ Dan Santo Pier Damian berkata, ‘Tubuh yang telah dilahirkan oleh Santa Perawan, berkembang dalam rahimnya berkat kasih sayang keibuan, tubuh itu pulalah, saya tegaskan, tanpa ragu dan tidak lain daripada, yang kita terima dari altar, dan kita minum darahnya sebagai tanda penebusan kita. Itulah keyakinan iman Katolik, yang diajarkan oleh Gereja Kudus dengan penuh iman’ Hubungan Perawan Suci dengan Putranya, Domba Kurban, yang menghapus dosa-dosa dunia, diperluas kepada Gereja, Tubuh Mistik Kristus. Maria, menurut Hamba Allah Yohanes Paulus II, adalah “Wanita Ekaristi” dalam seluruh hidupnya, Gereja, yang memandang Maria sebagai teladannya, terpanggil untuk menirunya dalam hubungan dengan misteri yang mahakudus ini.’(Ensiklik “Ecclesia de Eucharista,’ no. 53). Dalam perspektif ini, orang bisa memahami lebih jauh alasan mengapa di Lourdes doa-doa kepada Santa Perawan Maria selalu dan pasti digabungkan dengan Ekaristi dalam perayaan Ekaristi harian, dengan adorasi Sakramen Mahakudus, dan dengan penyembuhan orang sakit, yang merupakan salah satu momen yang paling menonjol dari kunjungan peziarah ke Gua Massabielle.

Kehadiran banyak orang sakit yang menjadi peziarah, dan sukarelawan yang menemani mereka mendorong kita merenungkan kasih sayang keibuan yang penuh kelembutan yang ditunjukkan oleh Santa Perawan Maria terhadap kesakitan dan penderitaan umat manusia. Dihubungkan dengan kurban Kristus, Maria, Bunda yang Berdukacita, yang di kaki Salib menderita bersama dengan Putra Ilahinya, terasa sangat dekat dengan komunitas Kristiani, yang berkumpul di sekitar anggota-anggotanya yang menderita, yang menanggung tanda penderitaan Tuhan. Maria menderita bersama dengan orang-orang sakit, kepada mereka ia memberi harapan, ia adalah penghiburan bagi mereka, yang menolong mereka dengan uluran tangan penuh kasih keibuan. Dan apakah tidak benar bahwa pengalaman spiritual dari banyak orang sakit mendorong kita untuk semakin memahami bahwa ‘Penebus Ilahi ingin memasuki jiwa setiap orang sakit melalui hati Bunda-Nya yang Suci, orang pertama dan terpuji dari semua orang yang tertebus?’ (Yohanes Paulus II,
Surat Apostolik, “Salvifici Doloris,” no. 26).